Nama : Nunung
Nur’aeni
NIM :
1414231089
Perbankan Syariah 3 Semester IV
Tafsir Ayat Ekonomi
PRODUKSI DAN INDUSTRI
Tema : Keuntungan
Kitab Tafsir Al-Azhar
Kitab Tafsir
Bintusy Syathi’
QS. An-Naziat
ayat 30-33
وَاْلأَرْضَ بَعْدَ ذَلِكَ دَحَاهَآ {30} أَخْرَجَ مِنْهَا مَآءَهَا
وَمَرْعَاهَا {31}
وَالْجِبَالَ أَرْسَاهَا
{32} مَتَاعًا لَّكُمْ وَلأَنْعَامِكُمْ {33
Terjemah :
Dan bumi itupun sesudah itu , Dia datarkan (pula) dianya ( ayat 30)
dikeluarkannya daripadanya airnya dan rumput-rumputnya (ayat 31) dan
gunung-gunungpun Dia pancangkan dianya (ayat 32) Bekalan bagi kamu dan bagi
ternak-ternakmu (ayat 33). (QS.An-Naziat
: 30-33)
Tafsir :
Dan bumi itupun sesudah itu , Dia datarkan (pula) dianya ( ayat 30) artinya Langit yang lebih sulit penciptaannya
tanpa dapat dibantah lagi telah dibangun oleh-Nya. Bangunan itu mengesankan
adanyakekuatan dan kekokohan. Demikian pula langit, ia kokoh dan teguh, bintang
gemintangnya tidak acak-acakan dan amburadul. Mereka tidak pernah keluar dari
garis edarnya, tidak berguguran, dan tidak berantakan. Maka, langit ini adalah
bangunan yang kuat, mantap, kokoh, dan saling menguatkan di antara
bagian-bagiannya. dan kekuatan. Berurutannya dua keadaan yang berupa gelap dan
terang pada waktu malam dan waktu siang merupakan suatu hakikat yang dapat
dilihat oleh setiap orang dan mengesankan setiap hati. Namun, kadang-kadang
manusia melupakannya karena lamanya kebiasaan ini dan seringnya berulang-ulang.
sesudah Allah Ta’ala mengatur langit dengan ruang angkasanya, dengan cakrawalanya, maka Allah pun mulailah mendatarkan bumi. Mendatarkan bumi artinya bukan semata-mata datar, melainkan datar buat dapat didiami oleh manusia. Dengan memahamkan ayat ini dapatlah kita menyimpulkan bahwa Allah menciptakan terlebih dahulu keseluruhan alam dan kemudian dari itu baru menyediakan tempat bagi manusia dalam bumi agar layak dilewati di atasnya dan pembentukan tanahnya layak untuk ditumbuhi tumbuh-tumbuhan . Jelas bahwa manusia diciptakan dan didijadikan khalifah dimuka bumi ini setelah sekian lama alam semesta tercipta dengan disediakannya syarat-syarat bagi manusia untuk dapat hidup dibumi itu.
sesudah Allah Ta’ala mengatur langit dengan ruang angkasanya, dengan cakrawalanya, maka Allah pun mulailah mendatarkan bumi. Mendatarkan bumi artinya bukan semata-mata datar, melainkan datar buat dapat didiami oleh manusia. Dengan memahamkan ayat ini dapatlah kita menyimpulkan bahwa Allah menciptakan terlebih dahulu keseluruhan alam dan kemudian dari itu baru menyediakan tempat bagi manusia dalam bumi agar layak dilewati di atasnya dan pembentukan tanahnya layak untuk ditumbuhi tumbuh-tumbuhan . Jelas bahwa manusia diciptakan dan didijadikan khalifah dimuka bumi ini setelah sekian lama alam semesta tercipta dengan disediakannya syarat-syarat bagi manusia untuk dapat hidup dibumi itu.
Terdapat beberapa ayat yang
lain yang menjelaskan perihal diatas yaitu terdapat pada surat An-Naba ayat 6 :
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا
“Bukankah
kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan” (QS.An-Naba:6)
“Bumi terbentang” – suatu ungkapan
yang Maha Indah dari Allah sendiri. Boleh juga disebut bumi terhampar, laksana menghamparkan
permadani, yang kamu Insan diberi tempat yang luas buat hidup di atas bumi yang
dibentangkan itu. Untuk siapa bumi itu, kalau bukan untuk kamu? Dan segala yang
ada di dalamnya pun boleh kamu ambil faedahnya. Maka dalam kata-kata mihaada, yang kita artikan
terbentang itu terasalah satu penyelenggaraan dan satu persilahan: ambilah
faedahnya.
Dikeluarkannya daripadanya airnya dan rumput-rumputnya (pangkal ayat
31) setelah
melalui masa yang Allah saja yang tau berapa, barulah bumi itu dapat mengeluarkan
air yang teratur dan dengan keluarnya air , keluarlah pula tumbuh-tumbuhan. Allah mengeluarkan air darinya, baik yang
memancar dari sumber-sumber maupun yang turun dari langit yang pada dasarnya
juga berasal dari bumi yang menguap kemudian turun kembali dalam bentuk hujan.
Sebab itu diujung ayat ditegaskan.
dan rumput-rumputnya (ujung ayat 31) dengan adanya rumput-rumput
yang tumbuh teratur karena teraturnya pula air, nyatalah bahwa kehidupan dibumi
telah ada.
Dalam tafsir surat Ha Mim Sajdah telah
diterangkan bahwa bumi diciptakan sebelum penciptaan langit, tetapi bumi
dihamparkan sesudah langit diciptakan, dengan kata lain Allah Swt. baru
mengeluarkan semua yang terkandung didalam bumi dengan kekuasaan-Nya ke dalam
wujud (setelah langit diciptakan). Demikian makna ucapan Ibnu Abbas dan yang
lainnya yang bukan hanya seorang, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah
memceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu
Ja’far Ar-Ruqqi. Telah menceritakan telah menceritakan kepada Ubaidillah (yakni
Ibu Umar), dari Zaid Ibnu Abu Anisah, dari An-Minhal ibnu amr dari Sa’id Ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna dahhaha, bahwa makna yang
dimaksud ialah mengeluarkan mata airnya dan tetumbuhannya serta membelah
jalan-jalan sungai-sungainya dan menjadikan padanya gunung-gunung, padang
pasir, jalan-jalan dan dataran-dataran tingginya. Yang demikian itulah yang
dimaksud oleh firman Nya dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya (An-Naziat:30)
Terdapat beberapa ayat yang
lain yang menjelaskan perihal diatas yaitu terdapat pada surat An-Naba ayat 14
dan ayat 15 :
وَأَنْزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ
مَاءً ثَجَّاجًا (14) لِنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا (15)
“Dan Kami turunkan dari
awan air yang banyak tercurah (ayat 14), supaya Kami tumbuhkan dengan air itu
biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan (ayat 15) (QS.An-Naba:14
dan 15)
“Dan telah kami turunkan dari awan air yang bercucuran.” (ayat
14). Itulah hujan yang selalu menyirami bumi, air bercucuran ialah hujan yang
lebat, yang selalu membagi-bagikan air itu untuk hidup segala yang bernyawa.
Di dalam Surat 21, Al-Anbiya’ ayat 30 sudah diterangkan pula
bahwa segala yang hidup di atas bumi ini, baik manusia atau binatang, atau
tumbuh-tumbuhan sekalipun sangat bergantung kepada air. Hujanlah cara pembagian
air yang paling merata dari Allah, buat mengisi sumur yang hampir kering, buat
meneruskan aliran sungai-sungai dan mengalir terus ke laut, dan dari laut itu
air tadi menguap ke udara buat menjadi awan atau mega, berkumpul untuk kembali
menjadi hujan, dan turun kembali. Demikianlah terus-menerus.
“Karena akan Kami keluarkan dengan dia.” (pangkal ayat 15).
Yaitu dengan sebab bercucurannya air hujan tersebut keluarlah: “Biji-biji dan
tumbuh-tumbuhan.” (ujung ayat 15). Banyaklah macamnya tumbuhan yang berasal
dari bijinya. Seperti lada, mentimun, kacang dalam segala jenisnya, jagung dan
padi dan sebagainya. Semuanya itu dari biji atau benih. Sebelum disinggung air
dia kelihatan tidak berarti apa-apa. Tetapi setelah dia kena air, timbullah dua
helai daun yang tadinya tersimpul menjadi biji itu. Lain pula halnya dengan
berbagai tumbuh-tumbuhan yang lain, yang akan hidup kembali setelah kena air
ialah uratnya yang telah kering tadi. Air menjadikan dia basah, dan basah
menghasilkan hidup pada dirinya buat menghisap air lagi yang tersimpan di dalam
bumi.
Dan gunung-gunung pun Dia pancangkan dianya (ayat 32) faedah gunung ialah menjadi pancang, menjadi penegun, dari bumi. Dipancangkannya gunung-gunung menjadikan
mantapnya lapisan atas bumi. Dengan adanya gunung-gunung ini pula maka panas
bumi mencapai tingkat sedang sehingga layak bagi kehidupan dan teraturlah bumi menerima turunnya air hujan, ada yang
menyelinap kedalam bumi menjadi persediaan air beratus-ribu tahun, dan ada yang
mengalir di kulit luar bumi menjadi sungai. Dan sungai adalah salah satu
pangkal kebudayaan insani. Ditepi sungai yang besar –besar didunia ini manusia
mendirikan negara. Dan diapun menuju ke laut lepas.
Sebagaimana telah kita ketahui pada beberapa ayat yang lain yang terdapat
pada surat An-Naba ayat 7 yaitu :
وَالْجِبَالَ أَوْتَاهَا
“Dan gunung-gunung sebagai pasak”
Dan
terdapat juga pada surat Al Hijr ayat 19
yaitu :
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا
رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran.”(QS.Al-Hijr : 19)
Pada pemancangan gunung-gunung terkandung petunjuk asal yang jelas
atas ketetapan dan kekukuhan ini yaitu penyifatan gunung-gunung di dalam Al-Quran
Al-Karim dengan kemantapan, kekukuhan dan menjulang berlaku di dalam kehidupan
dunia. Apabila yang demikian berlalu atau berjalan atau tercabut atau
tergoncang, maka itu merupakan salah satu dari tanda-tanda kebangkitan.
Terkandung pula didalamnya peralihan yang kuat kepada kekuasaan Allah yang
telah memancangkannya, sebagaimana pula fenomena “ketingggian” tidak tampak
pada langit, kerataan, kelapangan, seperti tampak pada bumi. Disini Al-Quran
beralih kepada pertimbangan lain dalam membangun langit, meninggikan
bangunannya, dalam penghamparan dan pengeluaran air dari bumi, rerumputan dan
pemancangan gunung-gunung.disamping yang demikian merupakan tanda-tanda
kemampuan dan keuatan Allah Swt. Ia pun menjadi saksi bahwa membangun,
meninggikan, menghamparkan, dan memancanfkan itu tidaklah sulit.
Imam Ahmad mengatakan telah menceritakan
kepada kami Yazid Ibu Harun, telah menceritakan kepada kami Al-Awam Ibnu
Hausyab dari sulaiman ibnu Abu Sulaiman. Dari Anas Ibnu Malik. Dari nabi Saw.
Yang telah bersabda, ketika Allah menciptakan bumi, maka bumi berguncang, lalu
Allah menciptakan gunun g-gunung itu, lalu berkata, “wahai Tuhan kami, apakah
ada sesuatu dari makhlukmu yang lebih kuat dari pada gunung-gunung ini?” Allah
Swt. menjawab, ya ada yaitu besi. Para malaikat bertanya “wahai Tuhan kami,
apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi?” Allah
menjawab “ya, api” para malaikat bertanya “wahai tuhan kami, apakah ada sesuatu
dari makhuk-Mu yang lebih kuat dari api?” Allah menjawab “ya, angin” para
malaikat bertanya “apakah ada sesuatu yang lebih kuat daripada angin diantara
makhluk-Mu, wahai Tuhan kami?” Allah menjawab “ya, anak adam yang bersedekah
dengan tangan kanannya, lalu ia menyembunyikan dari tangan kirinya.”
Abu Jafar Ibnu Jarir, mengatakan telah
menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir,
dari Ata dari Abu Abdu Rahman As-Sulami, dari Ali yang mengatakan bahwa “ketika
Allah menciptakan bumi, maka bumi berguncang dan berkata, “engkau akan
menciptakan Adam dan keturunannya diatas permukaanku; mereka akan melemparkan kepadaku kekotorannya
dan menyegerakan aku dalam melakukan perbuatan-perbuatan dosa”. Maka Allah
memantapkannya dengan gunung-gunung; maka diantaranya ada yang dapat kamu
lihat, dan diantaranya lagi ada gunung-gunung yang tidak dapat kamu lihat dan
diantaranya lagi ada gunung-gunung yang tidak dapat kamu lihat, dan permulaan
tenangnya bumi adalah seperti daging unta yang telah disembelih, maka dagingnya
kelihatan bergetar, kemudian diam. Tetapi asar ini garib sekali.
Bekalan bagikamu dan bagi ternak-ternakmu (ayat 33) adanya air mengalir dan rumput-rumputan, ditambah dengan jaminan
adanya gunung-gunung, tumbuhlah bahan makanan yang di perlukan sebagai bekal
hidup bagi manusia yang dimakan oleh manusia dan
binatang-binatang ternak untuk menjadi unsur penghidupan manusia secara langsung
ataupun tidak langsung. Rumput
sebagai makanan untuk binatang ternak, sayurnya dan buah-buahannya sebagai
makanan untuk manusia yang memelihara binatang itu. Pendeknya asal yang
bernyawa, disediakanlah makanan dari bumi yang hidupnya bergantung kepada air. penghamparan
bumi, mata air-mata air yang dikeluarkan, semua sumber dayanya dikeluarkan
darinya, sungai-sungainya dialirkan, tanam-tanaman dan pepohonannya ditumbuhkan
dan dikukuhkan dengan gunung-gunung agar bumi menjadi teguh dan tetap, tidak
mengguncangkan makhluk yang ada diatasnya; semuanya itu sebagai kesenangan bagi
manusia dan semua keperluan mereka dari hewan ternak yang mereka makan
dagingnya dan mereka jadikan sebagai kendaraan selama diperlukan oleh mereka
didunia ini sampai masa yang tertentu.
Sebagaimana telah kita ketahui pada beberapa ayat yang lain di
jelaskan tentang maslahat penciptaan hewan ternak bagi manusia yaitu pada surat
An-Nahl ayat 5:
وَٱلۡأَنۡعَٰمَ خَلَقَهَاۖ لَكُمۡ فِيهَا دِفۡءٞ وَمَنَافِعُ
وَمِنۡهَا تَأۡكُلُونَ
Dan hewan ternak (yaitu unta, sapi, dan kambing) telah
diciptakan-Nya untuk kamu (untuk manfaat dan maslahat kamu, di antaranya
kamu memperoleh kehangatan dari bulunya, dan memperoleh manfaat lainnya),
padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai manfaat (bisa
diternakkan, diambil susunya, dan ditunggangi), dan sebagiannya kamu makan.
(QS.An-Nahl : 5)
Semua ini terjadi setelah dibangunnya
langit, dijadikannya malam gelap gulita, dan dijadikannya siang terang
benderang. Teori astronomi (ilmu falak) modern sangat berdekatan dengan apa
yang ditunjuki oleh nash Al-Qur’an ini ketika teori itu (The Big Bang)
menetapkan bahwa bumi telah melewati masa beratus-ratus juta tahun, sedang ia
terus melakukan peredarannya. Siang dan malam silih berganti sebelum
dihamparkannya burni itu dan sebelum ia dapat ditumbuhi. Juga sebelum
dimantapkannya kulitnya sebagaimana adanya sekarang di mana ada bagian yang
tinggi dan ada bagian-bagian yang datar. Al-Qur’an menyatakan bahwa semua ini
adalah, “Untuk kesenanganmu dan binatang-binatang ternakmu.” (an-Naa.zi’aat: 33)
Maka, diingatkannya manusia terhadap keagungan rencana Allah untuk mereka
dari satu segi, sebagaimana diisyaratkan tentang keagungan ketentuan Allah
terhadap kekuasaan-Nya Karena, bangunan langit seperti ini dan dihamparkannya
bumi sedemikian rupa bukanlah suatu hal yang terjadi secara tak sengaja dan
kebetulan belaka. Tetapi, sudah tentu dengan perhitungan dan ukuran yang cocok
untuk makhluk yang akan mengelola bumi ini. Juga sesuai dengan yang dibutuhkan
bagi eksistensi, pertumbuhan, dan perkembangannya. Hal ini sesuai dengan sistem
alam, dan sistem tata surya secara khusus, serta sistem bumi secara lebih
khususAl-Qur’an dengan metodenya di dalam memberikan isyarat global yang
mengandung pokok hakikat ini, di sini menyebutkan kesesuaian-kesesuaian bangunan
langit, gelap gulitanya malam, terang benderangnya siang, dihamparkannya bumi,
dikeluarkannya airnya, diturnbuhkannya tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu,
Al-Qur’an mengembalikan kebaruannya dengan mengarahkan perasaan kepadanya.
Karena, pada hakikatnya ia senantiasa baru, mengalami kebaruan setiap hari, dan
terasa baru pula kesannya dalam kejadiannya Adapun undang-undang yang ada di
belakangnya sangat halus dan agung yang menyebabkan rasa takut dan decak kagum
orang yang mengerti dan mengenalnya. Maka, hakikat ini menjadikan hati merasa
takut dan berdecak kagum setiap kali ilmunya bertambah dan pengetahuannya
berkembang.
Hubungan tafsir tersebut dengan ekonomi adalah Allah telah menciptakan alam semesta beserta isinya,
mendatarkan bumi dengan sistem alam dan sistem tata surya yang sedemikian rupa sehingga
layak dijadikan tempat kehidupan manusia, binatang-binatang, tumbuhan, dan
makhluk hidup lainnya sebelum Allah menciptakannya dan menjadikannya (manusia)
khalifah dimuka bumi. Allah telah mendatarkan bumi, dikeluarkannya
air sebagai sumber penghidupan, sehingga tumbuhlah rumput-rumput beserta
tanaman lainnya kemudian dijadikan sebagai bahan makanan untuk manusia,
binatang-binatang dan makhluk hidup lainnya. Dengan semua anugrah yang telah Allah ciptakan
untuk makhluk hidup dimuka bumi terutama bagi manusia, semua itu merupakan
keuntungan. Dengan adanya air, maka tumbuhan-tumbuhan menjadi tumbuh dan
menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup lainnya. manusia sebagai makhluk
hidup yang berakal menjadikan semua anugrah itu menjadi ladang produksi dan
industri. Produksi
adalah kegiatan menambah faedah (kegunaan) suatu benda atau menciptakan benda
baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi adalah sebuah proses yang
terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat
prinsip dalam kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi.
Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Maka
untuk menyatukan manusia dan ala mini, Allah telah menetapkan bahwa manusia
berperan sebagai khalifah. Bumi adalah lapangan dan medan, sedang manusia
adalah pengelola segala apa yang diungkapkan oleh para ekonom tentang modal dan
sistem yang tidak akan keluar dari unsur kerja dan upaya manusia. sebagai
manusia (pelaku ekonomi) kita harus bisa mengoptimalkan seluruh sumber daya
yang ada. Alam semesta dan isinya merupakan sumber penghidupan utama bagi manusia
untuk jangka waktu yang panjang. SDA alam yang melimpah yang telah Allah
sediakan di muka bumi dapat di kelola oleh manusia menjadi berbagai komoditi
yang mempunyai nilai guna bagi masyarakat untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang. Jadi semua yang dibutuhkan manusia untuk kelangsungan hidupnya
sudah tersedia di alam semesta ini. Tetapi yang menjadikannya bermanfaat dan
menghasilkan keuntungan adalah bagaimana manusia dapat mengolahnya dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar