Nama : Siti Kopsah
(141423117)
Tema : Persediaan Untuk
Hari Esok
Surat
dan ayat :
Al-Hasyr ayat 18
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ - See more at:
http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-surat-al-hasyr-ayat-18-24.html#sthash.ZVG0T6a6.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا
اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya
:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah merenungkan Setiap diri, apalah yang telah diperbuatnya
untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah itu Maha
mengetahui apa juapun yang kamu kerjakan”
1.
Penafsiran
surat Al-Hasyr ayat 18 menurut Tafsir Al-Azhar karangan Prof Dr. Hamka.
Tafsirannya sebagai berikut :
Setelah demikian banyak diceritakan
tentang jalan salah yang ditempuh oleh kaum munafiq dan penghianatan hendak
membunuh Nabi sampai mereka diusir, yang dilakukan Yahudi Bani Nadhiir, maka
sudahlah patut hal itu semua jadi cermin perbandingan bagi orang yang beriman.
Diujung ayat yang pertamapun sudah dianjurkan kepada orang yang berpikiran
mendalam suatu mengambil perbandingan atau I’tibaar dari kejadian Bani Nadhiir
ini, bahwa siapapun yang menghianti janjinya dan memilih jalan yang salah dalam
hidup, pastilah dia akan menderita akibat yang buruk.
Selain dari itu banyaklah perbandingan
yang dapat diambil dari kisah ini. Sebab itu sudah sepantasnyalah jika pada
akhirnya Allah menyampaikan peringatannya dengan perantaran Rasul-Nya kepada
orang-orang yang telah mengaku percaya kepada Allah. Ayat ke 18 ini mulailah
peringatan itu :
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah” (Pangkal ayat 18). Iman
ialah kepercayaan. Taqwa ialah pemeliharaan hubungan dengan Tuhan. Oleh sebab
itu semata-mata Iman atau percaya saja belumlah cukup, sebelum dilengkapi
dengan mempercepat hubungan dengan tuhan. Keikhlasan batin kepada Ilahiy
tawakal berserah diri, ridha menerima ketentuan-Nya, syukur menerima
nikmat-Nya, sabar menerima percobaan-Nya, semua itu didapat karena adanya
taqwa. Memperteguh ibadat kepada Allah sebagai sembahyang, puasa, zakat, dan
sebagainnya, semuannya itu adalah menyuburkan taqwa. Terutama lagi selain dari
mengingat Allah, hendaklah ingat pula bahwa hidup ini hahnya semata-mata
singgah saja. Namun akhirnya hidup didunia ditutup dengan mati, dan diakhirat
‘amal kita akan dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan. Itulah sebabnya maka disamping
seruan kepada orang yang beriman, diperingatankan pula agar mereka tetap taqwa
kepada Allah. Dengan taqwa itulah Iman tadi dipupuk terus. “dan hendaklah merenungkan Setiap diri,” Artinya
bahwa berfikir, bahwa merenung, bahwa bermenung, tafakkur dan tadzakkur
(memikirkan dan mengingat) “, apalah yang
telah diperbuatnya untuk hari esok” Hari esok ialah hari akhirat. Hidup
tidaklah akan disudahi hingga didunia ini saja. Dunia hanyalah semata-mata masa
untuk menenam benih. adapun hasilnya akan dipetik adalah di hari akhirat.
Renungkanlah oleh tiap diri apalah yang telah lebih dahulu diamalkan untuk
didapati diakhirat itu kelak ?
Maka ditentukanlah oleh tuhan apa yang
akan dikirim terlebih dahulu diwaktu hidup ini, yang akan didapati di akhirat
esok. Dalam permulaan membuka pelajaran Al-Qur’an telah bertemu ayat ke 3 dari
Surat al-Baqarah (surat ke 2) bahwa pokok pegangan hidup itu ialah 1). Iman
kepada yang ghaib, 2). mendirikan sembahyang, 3). menafkahkan rezekiyang
diberikan Allah, sesudah itu dtang yang ke 4). yaitu dpercaya akan peraturan
tuhan yang diturunan kepada Nabi Muhammad, 5). percya pula pada
peraturan-peraturan yang diturunkan tuhan kepada nabi-nabi yang sebelum Nabi
Muhammad dan akhirnya sekali, yang ke 6). ialah yakin bahwa hari akhirat itu
pasti ditemui.
Percaya kepada hari akhirat menyebabkan
rezeki yang diberikan Tuhan sebagin besar dikirimkan terlebih dahulu untuk
persediaan hari esok, itulah hari qaddamat, yaitu mengirim lebih dahulu.
Menurut suatu hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad bin Hanbal dengan isnadnya dari Abi Juhaifa, dari Al-mundzir
bin Jurair, dari ayahnya, dia berkata: “Sedang
kami duduk bersama dihadapan Rasulullah pada suatu tengah hari datanglah kepada
beliau saw. suatu kaum, tidak beralas kak, tidak berpakaian, hanya berikat
pinggang dan menyandang pedang, Umumnya dari Mudhar, bahkan semua dari Mudhar.
Maka berubahlah muka Nabi Saw. melihat kemiskinan mereka itu. Lalu beliau masuk
kedalam rumahnya, kemudaian beliau keluar pula. Lalu beliau perintahkan Bilal
supaya azan dan beliaupun mengimani sembahyang. Sehabis sembahyang beliau
berdiri dan berpidato. Diantara ucapan beliau:”Ya ayyuhan naasut taquu
rabbakumul ladzi khalaqakum min nafsi wahidatin….kemudian itu beliau baca pula
ayat dalam surat Al-Hasyr (yaitu ayat ini): wal tanzhur nafsun ma qaddamat li
ghadin” lalu berkata selanjutnya: “Bersedhkalah seorang lelaki dari dinarnya,
dari dirhamnya, dari kain, dari segantang gandumnya, dari segantang kurmanya.
Bersedekahlah, walaupun sekeping pecahan buah kurma”
Setelah mendengar pidato Rasulullah saw.
itu tampilah kemuka seorang dari Anshar membawa sebuah pundi-pundi penuh dengan
sebuah isi yang berat, sampai lemah telapak tangannya karena beratnya:
pundi-pundi itu lngsung diserahkannya kepada Nabi. kemudian tampil pula yang
lain dan tampil pula berturut-turut, semuannya memberikan pemberiannya dan
terlonggok teronggok dihadapan Nabi saw. ada makanan, ada makanan, sehingga aku
lihat wajah beliau berseri-seri seakan-akan disepuh emas layaknya. lalu beliau
bersabda yang artinya:
barang siapa yang menempuhkan dalam
islam suatu jalan yang baik niscaya untuknya pahalanya dan pahala orang yang
turut mengamalkanya sesudahnya : dengan tidak akan mengurangi pahalanya yang
telah disediakan buat dia itu sedikitpun. dan barang siapa yang menempuhkan
dalam islam suatu jalan yang buruk maka dia akan di timpa olleh dosanya dan
dosa orang-orang yagn menuruti jejaknya itu, dengan tidak pula menguraangi
ganjaran dosa buat dia itu sedikitpun. “
maka dari ssebab anjuran rasullah saw
itu timbulah keinsafan lntaran adnya iman dn danya takwa dlam hti sahabt
rasullulh saw ketika itu, sehingga terkumpulh bntuan untuk orang-orang qabilah
mudhadar yang melarat datang menyerahkan diri dan bersedia memeluk islam,
kedalalml kota madinah itu, berpipndah dari pada hidup mengelana sebagai badwi
kedalalm kehidupan kota yang beradab.
oleh sebabaitu maka teranglah apa yang
di maksud dengan ayat ini. yaitu seyogyanyalah orang-orang yang mengaku telah
beriman memupuk iman nya denegan takwa, lalu merenungkan hari esoknya, apa
gerangan yang akan dibawahnya menghadap tuhan: hitunglah terlebih dahulu laba
rugi hidup sendiri sebelum di hitung kelak. renungkanlah baru perbekalan apa
yang te;ah ada dan mana lagi yang kurang. karna perjalanan akan maju dari dunia
ini kepintu kubur, ke alam barza danke hari akerat. “ dan takwalah kepada allah “ ini di peringatkan sekali lagi, supaya
lebih mantap dalam hati : “sesungguhya
allah mh mengetahui apa juappun yang kamu kerjakan”
oleh karena tidak ada diantara kita yang
terlepas daripada tilikan allah, maka hanyalah dengan takwa itu juga kn selamt
dunia akhirat. karna sdenngan takwa tuhan itu kita dekati, bukan kita jauhi.
2. Penafsiran surat
Al-Hasyr ayat 18 menurut Muhammad Quraish Syihab dalam kitabnya.
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ÇÊÑÈ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah dikedepankannya untuk hari esok, dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah menyangkut apa yang kamu kerjakan Maha
Mengetahui”
Ayat ini mengajak kaum muslimin untuk berhati-hati jangan
sampai mengalami nasib seperti kaum yahudi dan munafik, Allah berfirman: hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah yakni hindarilah siksa yang dapat
dijatuhkan Allah dalam kehidupan dunia dan akhiratdengan jalan melaksanakan
perintah-Nya sekuat kemampuan kamu dan menjauhi larangan-Nya dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa
yang telah dikedepankannya yakni amal saleh yang telah diperbuatnya untuk hari esok yang dekat yakni
akhirat.
Setelah memerintahkan bertaqwa didorong oleh rasa takut, atau
dalam rangka melakukan amalan positif, perintah tersebut di ulangi lagi agaknya
agar di dorong oleh rasa malu, atau untuk meningalkan amalan negative. Allah
berfirman: dan sekali lagi Kami
pesankankan, bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah menyangkut apa yang senantiasa dan dari saat kesaat kamu kerjakan Maha Mengetahui sampai
sekecil apapun.
Kata tuqaddimu/dikedepankan
di gunakan dalam arti amal-amal yang dilakukan untuk meraih manfaat di masa
datang. Ini seperti hal-hal yang dilakukan terlebih dahulu guna menyambut tamu
sebelum kedatangannya.
Perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari
esok, dipahami oleh thabthaba’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi
terhadap amal-amal yang telah dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang telah
menyelesaikan pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar
menyempurnakannya bila telah baik, atau memperbaikinya bila masih ada
kekurangannya, sehingga jika tiba saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan
dan barang tersebut tampil sempurna. Setiap mukmin dituntut melakukan hal itu.
Kalau baik dia dapat mengharap ganjaran, dan kalau amalnya buruk dia hendaknya
segera bertaubat. Atas dasar ini pula, ulama beraliran syi’ah itu berpendapat
perintah taqwa yang kedua dimaksudkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
amal-amal yang telah dilakukan atas dasar perintah taqwa yang pertama.
Penggunaan
kata Nafsi / Diri yang berbentuk
tunggal – dari satu sisi untuk mengisyaratkan bahwa tidaklah cukup penilaian
sebagian atas sebagian yang lain, tetapi masing-masing harus melakukannya
sendiri-sendiri atas dirinya, dan sisi lain ia mengisyaratkan bahwa dalam
kenyataan otokritik ini sangatlah jarang dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar