Nama : Nida Qudsyah
NIM : 1414231086
Semester/Jurusan : 4/Perbankan Syariah
MataKuliah : Tafsir Ayat Ekonomi
Tafsir
Ayat Ekonomi Tentang Produksi
Kitab
Tafsir Al-Mishbah oleh M. Quraish Shihab
A.
Teks Ayat dan Terjemah
5. فَقَدْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
6. أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الأنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
7. وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ
8. وَقَالُوا لَوْلا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الأمْرُ ثُمَّ لا يُنْظَرُونَ
9. وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ
5. dan Dia
telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
6. dan kamu
memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke
kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
7. dan ia
memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya,
melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya
Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
8. dan (dia
telah menciptakan) kuda, bagal[1]
dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
9. dan hak bagi
Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang
bengkok. dan Jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya
(kepada jalan yang benar).
B.
Makna Mufrodat
1. (al-an’aam) yaitu binatang
ternak. Al-An’am jamak dari kata Al-Na’am yang semula digunakan secara khusus
untuk (daging) unta. Unta itu di sebut Al-An’am, karena dalam pandangan mereka
(bangsa Arab), dianggap nikmat yang paling besar (a’zhamu ni’matin). Namun
demikian, sebutan Al-An’am dalamperkembangan selanjutnya, digunakan untuk
sebutan hewan ternak, termasuk sapi, kerbau, kambing, dan domba.
2. (difhi) yaitu lawan dari kata Al-Bardu (dingin), artinya hangat atau panas
dengan maksud menjadikan bulu-bulu hewan sebagai salah satu sarana penghangat.
3. (wamanaafi’)
yaitu jamak dari kata manfa’ah yang berarti manfaat,
berguna, faedah, dan keuntungan.
4.(al-khoil) yaitu kuda, terutama kuda tunggangan yang memiliki nilai ekonomi
yang tinggi.
5. (al-bighaal) yaitu peranakan campuran antara kuda dan keledai yang juga
berfungsi atau difungsikan sebagai sarana angkutan.
6. (al-jamiira) yaitu keledai terutama terkait dengan fungsinya sebagai alat
angkut.
7. (as-sabili
qashdu) yaitu jalan
yang dituju (jalan lurus) yaitu Islam.
C.
Tafsir Ayat
Menurut kitab Tafsir Al-Mishbah oleh M. Quraish Shihab[2]
binatang Dia ciptakan untuk kamu guna keamu manfaatkan, padanya ada bulu dan
kulit yang dapat kamu buat pakaian yang menghangatkan dan juga berbagai manfaat
lain dan sebagiannya kamu dapat makan. Dan disamping bermanfaat pakaian dan
makana, kamu juga secara khusus memperoleh padanya yakni ketika memandangnya
keindahan yaitu ketika kamu membawanya kembali ke kandang sore hari pada saat matahari
akan terbenam dan dalam keadaan kenyang dan penuh dengan susu. Dan ketika kamu
melepaskannya ke tempat pengembalaan, di pagi hari ketika kalian pergi ke kebun
dan tempat pengembalaan.
FirmanNya : al-an’am khalaqaha lakum / binatang ternak telah Dia
ciptakan untuk kamu dapat dipahami sebagai berhubungan dengan uraian tentang
penciptaan manusia dari sperma, karena binatang ternak pun berkembangbiak
melalui pembuahan sperma jantan. Dengan demikian penggalan ayat ini merupakan
uraian menyangkut sebagian nikmat Allah SWT kepada manusia, yakni nikmatNya
melalui binatang ternak yang
diciptakanNya.
Yang dimaksud dengan Al-An’am adalah unta, sapi, kambing,
dan domba. Di dahulukannya membawanya kembali atas melepaskannya bukan saja
karena perasaan yang membawanya ketika kembali lebih nyaman karena telah
menyelesaikan tugas seharian dan segera akan beristirahat, tetapi juga karena
indahnya pemandangan yang terlihat ketika matahari akan tenggelam dengan mega merah
yang menutupinya. Di samping itu, binatang gembalaan itu juga “merasa” senang
karena kenyang setelah makan rumput dan boleh jadi susunya pun bertambah.
Kata (äô$Ï) dif’un adalah nama bagi
sesuatu yang menghangatkan. Ia adalah pakaian atau kemah yang terbuat dari bulu
atau rambut binatang.
Didahulukannya kata sebagian atas kalimat kamu makan bertujuan
memberi penekanan khusus terhadap nikmat makanan itu, sedangkan penggunaan
bentuk kata mudhari’/kata kerja masa kini dan akan datang mengisyaratkan
bahwa kegiatan tersebut bersinambung atau berulang-ulang, dan di sana tersirat
pula pengulangan dan kesinambungan nikmat Allah SWT. Dan ini pada gilirannya
menuntut kesinambungan mensyukuri-Nya. Makna serupa dipahami juga pada
penggunaan bentuk kata kerja yang sama pada kata-kata (bqãmuô£n@) tasrahun/ melepaskannya ke tempat pengembalaan.
Didahulukannya membawanya kembali atas melepaskannya bukan saja karena
perasaan yang membawanya ketika kembali lebih nyaman karena telah menyelesaikan
tugas seharian dan segera akan beristirahat, tetapi juga karena indahnya
pemandangan yang terlihat ketika matahari akan tenggelam dengan mega merah yang
menutupinya. Disamping itu binatang gembalaan itu juga “merasa” senang karena
kenyang setelah makan rumput dan boleh jadi susunya pun semakin bertambah.
Ayat ini menggarisbawahi nikmat keindahan, menikmati dan
melukiskannya sesuai dengan subjektivitas perasaannya. Demikian kesan yang
muncul ketika membaca ayat yang redaksinya berbicara tentang keindahan secara
lepas. Ini mengatur kita berkata bahwa Al-Quran mengakui subjektivitas seniman
dan bahwa seni dapat di ekspresikan oleh siapapun – perorangan – atau kelompok
masyarakat – sesuai budaya dan kecenderungan masing-masing. Tidak ada yang
membatasinya kecuali apa yang telah di garisbawahi oleh awal surah ini, yaitu :
“maha suci Allah SWT dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.
Firman- Nya : wa lakum fiha jamal/ dan kamu memperoleh padanya
keindahan menunjukkan betapa Al-Qur’an merestui seni. Bukankah seni adalah
ekspresi dari keindahan ?
Agama Islam memperkenalkan dirinya antara lain sebagai agama yang
sejalan dengan fitrah yakni naluri dan kecenderungan bawaan manusia sesuai
firman- Nya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah[3].
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Jika demikian itu
halnya, maka tidak mungkin ada satu ajaran Islam pun yang bertentangan dengan
fitrah. Tidak mungkin juga ada fitrah manusia yang dibendung dan dilarang
olehNya. Salah satu fitrah itu adalah kecenderungan manusia kepada keindahan,
baik berupa pemandangan alam, keindahan wajah, aroma yang harum, serta suara
yang merdu. Tuhan tidak mungkin menciptakan itu dalam diri manusia kemudian Dia
mengharamkannya.
Sayyid Quthub
berkomentar bahwa ayat ini menggambarkan pandangan Al-Qur’an dan pandangan Islam
tentang kehidupan. Keindahan unsur asasi dalam pandangan Islam itu, dan bahwa
nikmat bukan sekedar pemenuhan kebutuhan primer dalam bentuk makan, minum, dan
mengendarai kendaraan, tetapi juag pemenuhan kerinduan yang melampaui kebutuhan
pokok, yakni pemenuhan naluri keindahan serta perasaan gembira dan rasa
kemanusiaan yang mengatasi kecenderungan dan kebutuhan binatang.
Nikmat lain yang kamu peroleh dari penciptaan binatang ternak,
disamping yang tealh disinggung oleh ayat yang lalu, adalah Dan ia yakni
binatang ternak itu memikul beban-beban kamu ke suatu negeri yang kamu
akan kunjungi yang jaraknya begitu jauh sehingga kamu tidak sanggup
mencapainya dengan memikul beban itu atau bahkan walau tanpa beban melainkan
dengan susah payah yang menyulitkan diri. Sesungguhnya tuhan kamu yang
telah menyediakan dan mempermudah semua itu untuk kenyamanan kamu benar-benar
adalah Tuhan Yang Maha Pengasih bagi yang mendekatkan diri kepada-
Nya dan melakukan kegiatan yang direstui- Nya lagi Maha Penyayang kepada
semua makhluk- Nya apa dan siapa pun.
Para ulama memahami bahwa arah yang dimaksud di sini adalah sangat
jauh sehingga tidak dapat dicapai kecuali dengan menggunakan unta. Pemahaman
ini ditolak Ibn ‘Asyur. Menurutnya arah itu sedemikian jauh sehingga tidak dapat
dicapai baik dengan mengendarai unta maupun tidak. Tetapi jika ayat ini dikaitkan dengan konteks
nikmat alat transportasi yang dikenal saat turunnya ayat ini, serta konteks
uraian tentang nikmat unta yang ditundukkan Allah SWT. Kepada manusia, maka agaknya
tidak ada halangan untuk memahaminya dalam arti bahwa arah yang dimaksud sangat
jauh dan tidak dapat terjangkau kecuali dengan menggunakan unta, yang telah
dijinakkan Allah dan diciptakan untuk mampu menjadi alat transportasi darat,
tidak ubahnya dengan perahu/kapal sebagai alat transportasi laut. Unta sangat
cepat, dan mampu mengarungi padang pasir berhari-hari tanpa harus menyiapkan
untuknya minuman, karena unta itu sendiri telah memiliki dalam tubuhnya
persediaan minuman untuk waktu yang relatif
lama.
Setelah ayat lalu menyebutkan binatang-binatang yang paling banyak
dimiliki manusia sekaligus paling banyak manfaatnya, kini disebut lagi beberapa
binatang lain dengan firman- Nya dan Allah juga telah menciptakan untuk
kamu manfaatkan kuda, bagal itu semua diciptakan Allah agar kamu
menungganginya dan Allah manjadikannya juga sebagai perhiasan dimuka
bumi ini. Siapa yang memandang kuda yang tangguh dan kuat, atau binatang lain,
maka hatinya akan berdecak kagum karena keindahannya.
Dan bukan hanya itu sebagai alat transportasi dan hiasan, tetapi
Allah SWT.secara terus menerus menciptakan aneka ciptaan, baik alat
transportasi maupun perhiasan apa yang kamu tidak mengetahuinya sekarang tetapi
kelak akan kamu ketahui dan gunakan jika kamu mau berfikir dan mengarahlan
segala potensi yang ada, dan Allah menciptakan juga apa yang kamu tidak akan
mengetahuiya sama sekali hingga ciptaan itu kamu lihat dan ketahui.
Pada Ayat 8 menyebutkan
fungsi ketiga binatang yang disebut diatas dalam tunggangan tanpa hiasan tanpa
menyebutnya sebagai alat pengangkut sebagaimana halnya binatang ternak. Ini
bukan berarti binatang yang disebut disini tidak dapat digunakan sebagai alat
angkut. Ayat ini berdialog dengan masyarakat Arab yang ketika itu tidak
terbiasa menjadikan binatang tersebut kecuali sebagai tunggangan dan hiasan.
Kuda dan Bagal mereka gunakan untuk berperang atau berburu, sedang keledai
mereka tunggangi sebagai alat transportasi dalam kota. Karena ayat ini
bertujuan menguraikan nikmat-nikmat Allah SWT.maka tentu saja yang
digarisbawahinya adalah hal-hal yang mereka rasakan langsung, walaupun yang
tidak disebut itu merupakan aspek nikmat Ilahi.
Atas dasar itu, bukanlah pada tempatnya menjadikan ayat ini sebagai
argumentasi larangan memakan daging kuda, bagal, atau keledai dengan dalih
bahwa ayat ini tidak menyebut ketiga binatang itu sebagai bahan pangan. Sekian
banyak nikmat Allah yang terhampar dibumi ini yang tidak disebut secara khusus
manfaatnya namun dapat digunakan dan dimanfaatkan secara halal. Katakanlah jenis-jenis
tumbuhan yang berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit tertentu.
Memang, para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya ketiga
binatang itu dimakan berdasarkan berbagai argumentasi di luar ayat ini. Imam
Malik dan Abu Hanifah mengharamkan daging kuda. Ada juga riwayat yang
menyatakan bahwa Imam Malik hanya menilainya makruh. Demikian pakar tafsir dan
hukum AL-Qurthubi. Adapun keledai, maka ia terdiri dari keledai jinak dan liar.
Banyak ualma membolehkan memakan keledai liar dan melarang yang jinak. Pendapat
ini antara lain dianut oleh Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Syafi’i. Adapun
bagal mayoritas ulama mengharamkannya, paling tidak dengan alasan dia lahir
dari pencampuran dua binatang (kuda dan keledai) sedangkan keledai yang jinak
tidak boleh dimakan.
Ayat 8 dinilai oleh Thahir Ibn ‘Asyur sebagai salah satu ayat yang
mengandung mukjizat dari aspek pemberitaan gaib. Ayat ini, menurutnya
mengisyaratkan akan adanya ilham Allah kepada manusia guna menciptakan
alat-alat transportasi yang lebih baik dan berguna dari pada ketiga binatang
yang disebut diatas.
Tafsir ayat 9 manusia selalu mencari jalan yang dekat dan mudah
ditempuh dalam perjalanan mereka, termasuk ketika mengendarai binatang-binatang
yang disebut oleh ayat-ayat yang lalu. Manusia juga mencari cara yang terbaik
dan termudah dalam memanfaatkan anugerah-anugerah tersebut. Siapa yang menolak
hakikat ini, dengan mencari jalan jauh dan berliku-liku, maka ia dilihat sangat
menyimpang bahkan bodoh dan picik. Melalui ayat 9 Allah mengingatkan kembali
bahwa nikmatNya tidak terbatas pada menciptakan dan mengilhami manusia jalan
dan kendaraan yang memudahkan manusia menempuh jalan materil yang mudah dan
cepat untuk mencapai arah yang dituju, tetapi Allah SWT.juga telah menjelaskan
jalan yang mudah dan dekat guna mencapai keridhaan-Nya, yaitu dengan
mengesakan-Nya, bukan dengan mempersekutukan-Nya. Dia adalah Maha Pencipta,
Maha Tinggi, Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui serta Pelimpah aneka kebajikan.
Jika demikian, hanya Dia yang wajar diesakan dan disembah dan memang
penjelasan-penjelasan harus demikian karena adalah hak bagi Allah yang
Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih itu menerangkan dan menetapkan jalan yang
lurus, dan juga menerangkan tentang jalan yang bengkok dan sesat agar
menjadi jelas bagi seluruh manusia mana yang benar dan wajar ditempuh. Memang
jalan yang ditempuh oleh nurani serupa dengan jalan yang ditempuh jasmani, ada
diantaranya yang lurus dan dekat, siapa yang menelusurinya akan sampai ke
tujuan, dan diantaranya yakni di antara jalan-jalan yang terhampar di
bumi ada juga jalan yang bengkok dan berliku-liku, siapa yang
menempuhnya akan sesat sehingga tidak akan sampai ke tujuan.
Memang banyak manusia yang mengikuti jalan yang sesat. Jangan duga
mereka itu diluar kekuasaan Allah. Tidak! Allah memberi mereka jalan kebebasan
memilih jalan, lalu memberi masing-masing kemudahan untuk menempuh pilihannya. Dan
jiakalau Dia mengehendaki untuk menjadikan mereka menempuh jalan yang
lurus, Allah kuasa melakukannya dan ketika itu tentulah Dia memimpin kamu
semua yakni menunjuki dan mengantar kamu semua wahai seluruh manusia
mencapai jalan yang lurus dan benar. Nah, jikalau Dia kehendaki, maka ketika
itu Dia mencabut kebebasan memilih yang dianugerahkan-Nya kepada manusia dengan
menjadikan kamu semua sama dengan para malaikat.
Akan tetapi itu tidak dikehendaki-Nya dan sebagai gantinya, Dia
telah menciptakan bagi kami semua potensi akal yang mampu menalar dan
menganugerahkan kehendak yang dapat mengarahkan. Selanjutnya Dia memberikan
kebebasan kepadda semua manusia untuk memilih. Itu semua dalam rangka menguji
manusia.
D.
Makna Global
Secara umum makna diatas menggambarkan potensi dan manfaat sumber
daya alam terutama yang berbentuk binatang ternak dengan berbagai manfaat dan nilai
bagi manusia. Diantara manfaatnya adalah di makan dagingnya, selain itu juga
kulit, tulang dan bulunya dapat di produksi oleh manusia, kulit dapat dibuat
menjadi pengahat (jaket, dan lain-lain) sedangkan bulunya dapat dibuat untuk
membuat alat marawis dan lain-lain.
Binatang ternak itu (kuda, unta, sapi, kambing dan domba) dahulu –
bahkan sampai sekarang masih – berfungsi sebagai sarana transportasi dan alat
angkut. Contoh, kuda sekarang masih digunakan sebagai sarana transportasi
sebagai Delman di daerah-daerah mancanegara, kerbau sebagai pembajak sawah
selain kontraktor. Terutama dahulu sebelum zaman modern sekarang di mana sarana
perhubungan dan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat-alat
transportasi yang menggunakan kekuatan mesin. Manfaat dari seumber daya alam
dalam bentuk hewan hewan ternak itu terlalu banyak untuk disebutkan satu
persatu.
E.
Kesimpulan
Ayat diatas
menggambarkan potensi dan manfaat sumber daya alam terutama yang berbentuk
binatang ternak dengan berbagai manfaat dan nilai bagi manusia. Diantara
manfaatnya adalah dimakan dagingnya, selain itu juga kulit, tulang, dan
bulunya. Binatang ternak dahulu bahkan sampai sekarang masih berfungsi sebagai
sarana transportasi di mancanegara. Khususnya kuda sebagai alat tunggangan baik
langsung maupun tidak langsung. Seperti, andong atau dokar, maupun kudanya itu
sendiri.
Islam adalah
agama yang terbuka, lentur dapat menerima segala sesuatu yang lahir dari
kemampuan, ilmu dan apa yang dilahirkan oleh masa depan, selama hal-hal
tersebut tidak bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.
[2] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah(kesan,
pesan, dan keserasian Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm.
185-193.
[3] Fitrah Allah:
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama
Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu
tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh
lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar