Senin, 14 Maret 2016

Nida Qudsyah Tafsir Ayat Ekonomi Tentang Produksi (al-an'am: 5-9)


Nama                           : Nida Qudsyah
NIM                            : 1414231086
Semester/Jurusan         : 4/Perbankan Syariah
MataKuliah                 : Tafsir Ayat Ekonomi


Tafsir Ayat Ekonomi Tentang Produksi
Kitab Tafsir Al-Mishbah oleh M. Quraish Shihab

A.    Teks Ayat dan Terjemah

5. فَقَدْ كَذَّبُوا بِالْحَقِّ لَمَّا جَاءَهُمْ فَسَوْفَ يَأْتِيهِمْ أَنْبَاءُ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
6. أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الأنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
7. وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَابًا فِي قِرْطَاسٍ فَلَمَسُوهُ بِأَيْدِيهِمْ لَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ مُبِينٌ
8. وَقَالُوا لَوْلا أُنْزِلَ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَلَوْ أَنْزَلْنَا مَلَكًا لَقُضِيَ الأمْرُ ثُمَّ لا يُنْظَرُونَ
9. وَلَوْ جَعَلْنَاهُ مَلَكًا لَجَعَلْنَاهُ رَجُلا وَلَلَبَسْنَا عَلَيْهِمْ مَا يَلْبِسُونَ 

   
5. dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan.
6. dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
7. dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
8. dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal[1] dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya.
9. dan hak bagi Allah (menerangkan) jalan yang lurus, dan di antara jalan-jalan ada yang bengkok. dan Jikalau Dia menghendaki, tentulah Dia memimpin kamu semuanya (kepada jalan yang benar).

B.     Makna Mufrodat
1.   (al-an’aam) yaitu binatang ternak. Al-An’am jamak dari kata Al-Na’am yang semula digunakan secara khusus untuk (daging) unta. Unta itu di sebut Al-An’am, karena dalam pandangan mereka (bangsa Arab), dianggap nikmat yang paling besar (a’zhamu ni’matin). Namun demikian, sebutan Al-An’am dalamperkembangan selanjutnya, digunakan untuk sebutan hewan ternak, termasuk sapi, kerbau, kambing, dan domba. 
2.  (difhi) yaitu lawan dari kata Al-Bardu (dingin), artinya hangat atau panas dengan maksud menjadikan bulu-bulu hewan sebagai salah satu sarana penghangat.
3. (wamanaafi’) yaitu jamak dari kata manfa’ah yang berarti manfaat, berguna, faedah, dan keuntungan.
4.(al-khoil) yaitu kuda, terutama kuda tunggangan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
5. (al-bighaal) yaitu peranakan campuran antara kuda dan keledai yang juga berfungsi atau difungsikan sebagai sarana angkutan.
6.  (al-jamiira) yaitu keledai terutama terkait dengan fungsinya sebagai alat angkut.
7. (as-sabili qashdu) yaitu jalan yang dituju (jalan lurus) yaitu Islam.

C.    Tafsir Ayat
Menurut kitab Tafsir Al-Mishbah oleh M. Quraish Shihab[2] binatang Dia ciptakan untuk kamu guna keamu manfaatkan, padanya ada bulu dan kulit yang dapat kamu buat pakaian yang menghangatkan dan juga berbagai manfaat lain dan sebagiannya kamu dapat makan. Dan disamping bermanfaat pakaian dan makana, kamu juga secara khusus memperoleh padanya yakni ketika memandangnya keindahan yaitu ketika kamu membawanya kembali ke kandang sore hari pada saat matahari akan terbenam dan dalam keadaan kenyang dan penuh dengan susu. Dan ketika kamu melepaskannya ke tempat pengembalaan, di pagi hari ketika kalian pergi ke kebun dan tempat pengembalaan.
FirmanNya : al-an’am khalaqaha lakum / binatang ternak telah Dia ciptakan untuk kamu dapat dipahami sebagai berhubungan dengan uraian tentang penciptaan manusia dari sperma, karena binatang ternak pun berkembangbiak melalui pembuahan sperma jantan. Dengan demikian penggalan ayat ini merupakan uraian menyangkut sebagian nikmat Allah SWT kepada manusia, yakni nikmatNya melalui binatang ternak yang  diciptakanNya.
Yang dimaksud dengan Al-An’am adalah unta, sapi, kambing, dan domba. Di dahulukannya membawanya kembali atas melepaskannya bukan saja karena perasaan yang membawanya ketika kembali lebih nyaman karena telah menyelesaikan tugas seharian dan segera akan beristirahat, tetapi juga karena indahnya pemandangan yang terlihat ketika matahari akan tenggelam dengan mega merah yang menutupinya. Di samping itu, binatang gembalaan itu juga “merasa” senang karena kenyang setelah makan rumput dan boleh jadi susunya pun bertambah.
Kata (äô$ÏŠ) dif’un  adalah nama bagi sesuatu yang menghangatkan. Ia adalah pakaian atau kemah yang terbuat dari bulu atau rambut binatang.
Didahulukannya kata sebagian atas kalimat kamu makan bertujuan memberi penekanan khusus terhadap nikmat makanan itu, sedangkan penggunaan bentuk kata mudhari’/kata kerja masa kini dan akan datang mengisyaratkan bahwa kegiatan tersebut bersinambung atau berulang-ulang, dan di sana tersirat pula pengulangan dan kesinambungan nikmat Allah SWT. Dan ini pada gilirannya menuntut kesinambungan mensyukuri-Nya. Makna serupa dipahami juga pada penggunaan bentuk kata kerja yang sama pada kata-kata (bqãmuŽô£n@) tasrahun/ melepaskannya ke tempat pengembalaan.
Didahulukannya membawanya  kembali atas melepaskannya bukan saja karena perasaan yang membawanya ketika kembali lebih nyaman karena telah menyelesaikan tugas seharian dan segera akan beristirahat, tetapi juga karena indahnya pemandangan yang terlihat ketika matahari akan tenggelam dengan mega merah yang menutupinya. Disamping itu binatang gembalaan itu juga “merasa” senang karena kenyang setelah makan rumput dan boleh jadi susunya pun semakin bertambah.
Ayat ini menggarisbawahi nikmat keindahan, menikmati dan melukiskannya sesuai dengan subjektivitas perasaannya. Demikian kesan yang muncul ketika membaca ayat yang redaksinya berbicara tentang keindahan secara lepas. Ini mengatur kita berkata bahwa Al-Quran mengakui subjektivitas seniman dan bahwa seni dapat di ekspresikan oleh siapapun – perorangan – atau kelompok masyarakat – sesuai budaya dan kecenderungan masing-masing. Tidak ada yang membatasinya kecuali apa yang telah di garisbawahi oleh awal surah ini, yaitu : “maha suci Allah SWT dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”.  
Firman- Nya : wa lakum fiha jamal/ dan kamu memperoleh padanya keindahan menunjukkan betapa Al-Qur’an merestui seni. Bukankah seni adalah ekspresi dari keindahan ?
Agama Islam memperkenalkan dirinya antara lain sebagai agama yang sejalan dengan fitrah yakni naluri dan kecenderungan bawaan manusia sesuai firman- Nya :
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah[3]. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
 Jika demikian itu halnya, maka tidak mungkin ada satu ajaran Islam pun yang bertentangan dengan fitrah. Tidak mungkin juga ada fitrah manusia yang dibendung dan dilarang olehNya. Salah satu fitrah itu adalah kecenderungan manusia kepada keindahan, baik berupa pemandangan alam, keindahan wajah, aroma yang harum, serta suara yang merdu. Tuhan tidak mungkin menciptakan itu dalam diri manusia kemudian Dia mengharamkannya.
 Sayyid Quthub berkomentar bahwa ayat ini menggambarkan pandangan Al-Qur’an dan pandangan Islam tentang kehidupan. Keindahan unsur asasi dalam pandangan Islam itu, dan bahwa nikmat bukan sekedar pemenuhan kebutuhan primer dalam bentuk makan, minum, dan mengendarai kendaraan, tetapi juag pemenuhan kerinduan yang melampaui kebutuhan pokok, yakni pemenuhan naluri keindahan serta perasaan gembira dan rasa kemanusiaan yang mengatasi kecenderungan dan kebutuhan binatang. 
Nikmat lain yang kamu peroleh dari penciptaan binatang ternak, disamping yang tealh disinggung oleh ayat yang lalu, adalah Dan ia yakni binatang ternak itu memikul beban-beban kamu ke suatu negeri yang kamu akan kunjungi yang jaraknya begitu jauh sehingga kamu tidak sanggup mencapainya dengan memikul beban itu atau bahkan walau tanpa beban melainkan dengan susah payah yang menyulitkan diri. Sesungguhnya tuhan kamu yang telah menyediakan dan mempermudah semua itu untuk kenyamanan kamu benar-benar adalah Tuhan Yang Maha Pengasih bagi yang mendekatkan diri kepada- Nya dan melakukan kegiatan yang direstui- Nya lagi Maha Penyayang kepada semua makhluk- Nya apa dan siapa pun.
Para ulama memahami bahwa arah yang dimaksud di sini adalah sangat jauh sehingga tidak dapat dicapai kecuali dengan menggunakan unta. Pemahaman ini ditolak Ibn ‘Asyur. Menurutnya arah itu sedemikian jauh sehingga tidak dapat dicapai baik dengan mengendarai unta maupun tidak.  Tetapi jika ayat ini dikaitkan dengan konteks nikmat alat transportasi yang dikenal saat turunnya ayat ini, serta konteks uraian tentang nikmat unta yang ditundukkan Allah SWT. Kepada manusia, maka agaknya tidak ada halangan untuk memahaminya dalam arti bahwa arah yang dimaksud sangat jauh dan tidak dapat terjangkau kecuali dengan menggunakan unta, yang telah dijinakkan Allah dan diciptakan untuk mampu menjadi alat transportasi darat, tidak ubahnya dengan perahu/kapal sebagai alat transportasi laut. Unta sangat cepat, dan mampu mengarungi padang pasir berhari-hari tanpa harus menyiapkan untuknya minuman, karena unta itu sendiri telah memiliki dalam tubuhnya persediaan minuman untuk waktu yang relatif  lama.
Setelah ayat lalu menyebutkan binatang-binatang yang paling banyak dimiliki manusia sekaligus paling banyak manfaatnya, kini disebut lagi beberapa binatang lain dengan firman- Nya dan Allah juga telah menciptakan untuk kamu manfaatkan kuda, bagal itu semua diciptakan Allah agar kamu menungganginya dan Allah manjadikannya juga sebagai perhiasan dimuka bumi ini. Siapa yang memandang kuda yang tangguh dan kuat, atau binatang lain, maka hatinya akan berdecak kagum karena keindahannya.
Dan bukan hanya itu sebagai alat transportasi dan hiasan, tetapi Allah SWT.secara terus menerus menciptakan aneka ciptaan, baik alat transportasi maupun perhiasan apa yang kamu tidak mengetahuinya sekarang tetapi kelak akan kamu ketahui dan gunakan jika kamu mau berfikir dan mengarahlan segala potensi yang ada, dan Allah menciptakan juga apa yang kamu tidak akan mengetahuiya sama sekali hingga ciptaan itu kamu lihat dan ketahui.
Pada Ayat 8  menyebutkan fungsi ketiga binatang yang disebut diatas dalam tunggangan tanpa hiasan tanpa menyebutnya sebagai alat pengangkut sebagaimana halnya binatang ternak. Ini bukan berarti binatang yang disebut disini tidak dapat digunakan sebagai alat angkut. Ayat ini berdialog dengan masyarakat Arab yang ketika itu tidak terbiasa menjadikan binatang tersebut kecuali sebagai tunggangan dan hiasan. Kuda dan Bagal mereka gunakan untuk berperang atau berburu, sedang keledai mereka tunggangi sebagai alat transportasi dalam kota. Karena ayat ini bertujuan menguraikan nikmat-nikmat Allah SWT.maka tentu saja yang digarisbawahinya adalah hal-hal yang mereka rasakan langsung, walaupun yang tidak disebut itu merupakan aspek nikmat Ilahi.
Atas dasar itu, bukanlah pada tempatnya menjadikan ayat ini sebagai argumentasi larangan memakan daging kuda, bagal, atau keledai dengan dalih bahwa ayat ini tidak menyebut ketiga binatang itu sebagai bahan pangan. Sekian banyak nikmat Allah yang terhampar dibumi ini yang tidak disebut secara khusus manfaatnya namun dapat digunakan dan dimanfaatkan secara halal. Katakanlah jenis-jenis tumbuhan yang berfungsi sebagai obat bagi penyakit-penyakit tertentu.
Memang, para ulama berbeda pendapat tentang boleh tidaknya ketiga binatang itu dimakan berdasarkan berbagai argumentasi di luar ayat ini. Imam Malik dan Abu Hanifah mengharamkan daging kuda. Ada juga riwayat yang menyatakan bahwa Imam Malik hanya menilainya makruh. Demikian pakar tafsir dan hukum AL-Qurthubi. Adapun keledai, maka ia terdiri dari keledai jinak dan liar. Banyak ualma membolehkan memakan keledai liar dan melarang yang jinak. Pendapat ini antara lain dianut oleh Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Syafi’i. Adapun bagal mayoritas ulama mengharamkannya, paling tidak dengan alasan dia lahir dari pencampuran dua binatang (kuda dan keledai) sedangkan keledai yang jinak tidak boleh dimakan.
Ayat 8 dinilai oleh Thahir Ibn ‘Asyur sebagai salah satu ayat yang mengandung mukjizat dari aspek pemberitaan gaib. Ayat ini, menurutnya mengisyaratkan akan adanya ilham Allah kepada manusia guna menciptakan alat-alat transportasi yang lebih baik dan berguna dari pada ketiga binatang yang disebut diatas.
Tafsir ayat 9 manusia selalu mencari jalan yang dekat dan mudah ditempuh dalam perjalanan mereka, termasuk ketika mengendarai binatang-binatang yang disebut oleh ayat-ayat yang lalu. Manusia juga mencari cara yang terbaik dan termudah dalam memanfaatkan anugerah-anugerah tersebut. Siapa yang menolak hakikat ini, dengan mencari jalan jauh dan berliku-liku, maka ia dilihat sangat menyimpang bahkan bodoh dan picik. Melalui ayat 9 Allah mengingatkan kembali bahwa nikmatNya tidak terbatas pada menciptakan dan mengilhami manusia jalan dan kendaraan yang memudahkan manusia menempuh jalan materil yang mudah dan cepat untuk mencapai arah yang dituju, tetapi Allah SWT.juga telah menjelaskan jalan yang mudah dan dekat guna mencapai keridhaan-Nya, yaitu dengan mengesakan-Nya, bukan dengan mempersekutukan-Nya. Dia adalah Maha Pencipta, Maha Tinggi, Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui serta Pelimpah aneka kebajikan. Jika demikian, hanya Dia yang wajar diesakan dan disembah dan memang penjelasan-penjelasan harus demikian karena adalah hak bagi Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Pengasih itu menerangkan dan menetapkan jalan yang lurus, dan juga menerangkan tentang jalan yang bengkok dan sesat agar menjadi jelas bagi seluruh manusia mana yang benar dan wajar ditempuh. Memang jalan yang ditempuh oleh nurani serupa dengan jalan yang ditempuh jasmani, ada diantaranya yang lurus dan dekat, siapa yang menelusurinya akan sampai ke tujuan, dan diantaranya yakni di antara jalan-jalan yang terhampar di bumi ada juga jalan yang bengkok dan berliku-liku, siapa yang menempuhnya akan sesat sehingga tidak akan sampai ke tujuan.
Memang banyak manusia yang mengikuti jalan yang sesat. Jangan duga mereka itu diluar kekuasaan Allah. Tidak! Allah memberi mereka jalan kebebasan memilih jalan, lalu memberi masing-masing kemudahan untuk menempuh pilihannya. Dan jiakalau Dia mengehendaki untuk menjadikan mereka menempuh jalan yang lurus, Allah kuasa melakukannya dan ketika itu tentulah Dia memimpin kamu semua yakni menunjuki dan mengantar kamu semua wahai seluruh manusia mencapai jalan yang lurus dan benar. Nah, jikalau Dia kehendaki, maka ketika itu Dia mencabut kebebasan memilih yang dianugerahkan-Nya kepada manusia dengan menjadikan kamu semua sama dengan para malaikat.
Akan tetapi itu tidak dikehendaki-Nya dan sebagai gantinya, Dia telah menciptakan bagi kami semua potensi akal yang mampu menalar dan menganugerahkan kehendak yang dapat mengarahkan. Selanjutnya Dia memberikan kebebasan kepadda semua manusia untuk memilih. Itu semua dalam rangka menguji manusia.     

D.    Makna Global
Secara umum makna diatas menggambarkan potensi dan manfaat sumber daya alam terutama yang berbentuk binatang ternak dengan berbagai manfaat dan nilai bagi manusia. Diantara manfaatnya adalah di makan dagingnya, selain itu juga kulit, tulang dan bulunya dapat di produksi oleh manusia, kulit dapat dibuat menjadi pengahat (jaket, dan lain-lain) sedangkan bulunya dapat dibuat untuk membuat alat marawis dan lain-lain.
Binatang ternak itu (kuda, unta, sapi, kambing dan domba) dahulu – bahkan sampai sekarang masih – berfungsi sebagai sarana transportasi dan alat angkut. Contoh, kuda sekarang masih digunakan sebagai sarana transportasi sebagai Delman di daerah-daerah mancanegara, kerbau sebagai pembajak sawah selain kontraktor. Terutama dahulu sebelum zaman modern sekarang di mana sarana perhubungan dan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan alat-alat transportasi yang menggunakan kekuatan mesin. Manfaat dari seumber daya alam dalam bentuk hewan hewan ternak itu terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu.

E.     Kesimpulan
Ayat diatas menggambarkan potensi dan manfaat sumber daya alam terutama yang berbentuk binatang ternak dengan berbagai manfaat dan nilai bagi manusia. Diantara manfaatnya adalah dimakan dagingnya, selain itu juga kulit, tulang, dan bulunya. Binatang ternak dahulu bahkan sampai sekarang masih berfungsi sebagai sarana transportasi di mancanegara. Khususnya kuda sebagai alat tunggangan baik langsung maupun tidak langsung. Seperti, andong atau dokar, maupun kudanya itu sendiri.
Islam adalah agama yang terbuka, lentur dapat menerima segala sesuatu yang lahir dari kemampuan, ilmu dan apa yang dilahirkan oleh masa depan, selama hal-hal tersebut tidak bertentangan dengan fitrah manusia dan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.



[1] Bagal Yaitu peranakan kuda dengan keledai.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah(kesan, pesan, dan keserasian Al-Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), Hlm. 185-193.

[3] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar